Para Pelaku Usaha Dibekali Cara Penentuan Komponen Biaya dan Harga Jual Ekspor

Kota Pekalongan - Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah  (Dindagkop-UKM) bersama Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Eksport Indonesia (PPEI) Direktorat Jenderal Pengembangan Eksport Nasional Kementerian Perdagangan, menggelar pelatihan Ekspor Tahap II dengan mengusung tema “Export Costing And Pricing” selama 3 hari, bertempat di Hotel Horison Pekalongan, Selasa-Kamis (12-14/7/2022). Pelatihan ini dimaksudkan untuk mengetahui komponen biaya ekspor dan penetapan harga jual ekspor dari suatu produk usaha lokal agar bisa bersaing secara global.

Kepala Dindagkop-UKM Kota Pekalongan, Budiyanto mengungkapkan bahwa, kegiatan pelatihan ekspor Tahap II ini merupakan pelatihan lanjutan kegiatan pelatihan ekspor serupa yang sebelumnnya telah digelar pada Bulan Juni lalu dengan menyasar 30 orang pelaku UMKM di Kota Pekalongan yang berpotensi ekspor.

“Dalam pelatihan kedua ini, materinya sudah bertambah dan mengarah pada skill dan teknis, diantaranya terkait kepabean seperti kepengurusan Letter of Credit (L/C) ekspor, komunikasi dengan buyer, membuka pameran di luar negeri, komunikasi dengan kedutaan besar di luar negeri, menginventarisir negara-negara sasaran mana yang cocok terhadap produk usaha mereka, menjajaki pangsa pasar ekspor, serta membangun trust (kepercayaan) terhadap buyer agar kerjasama ekspornya bisa langgeng,” ucap Budiyanto.

Menurut Budiyanto, meski para peserta ini tergolong usaha pemula, namun dengan seiring diberikannya pelatihan ekspor ini mereka cukup bisa memahami dan mempraktekkan ilmu pelatihan yang didapatkan. Tidak hanya itu, dalam pelatihan ekspor kali ini, para peserta juga diberikan materi mengenai cara menentukan komponen biaya dan penetapan harga jual ekspor dari produk usaha mereka. Disampaikan Budiyanto, masing-masing pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan ekspor harus jeli melihat peluang dan memahami permintaan produk negara tujuan ekspor.

“Nanti ada materi tentang perbandingan dengan produk-produk impor dari luar Indonesia, misal Australia yang biasanya menerima ekspor dari Cina, Thailand, India, dan Indonesia. Mereka sebagai pelaku ekspor nantinya harus bisa melihat apa saja yang diinginkan negara tujuan, yang laku di negara sasaran ekspor apa saja, kualitas, kuantitasnya juga harus diperhatikan, dan yang lebih penting, mereka harus bisa membangun kepercayaan dari buyer (pembeli) mereka.
masing2 pengekspor ke negara tujuan harus bisa melihat apa saja sesuai permintaan negara tujuan,” tegasnya.

Sementara itu, Perwakilan PPEI Direktorat Jenderal Pengembangan Eksport Nasional Kementerian Perdagangan RI sekaligus Ketua Panitia Pelatihan Ekspor Tahap II, Teriana Dewi Maya, menerangkan bahwa, menindaklanjuti pelatihan ekspor tahap pertama, sesuai permintaan dari para peserta pelatihan bahwa, mereka menghendaki pelatihan lanjutan ekspor yang lebih fokus pada Export Cost and Pricing, dimana dalam pelatihan ini secara komprehensif diharapkan dapat mengetahui bagaimana menentukan komponen-komponen biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang eksportir.

“Sebab dalam melakukan ekspor, ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan melihat dari besaran persyaratan negara tertentu (ada produk yang memerlukan dokumen apa kita harus membuat dan termasuk dalam biaya yang harus dihitung  oleh pelaku UKM yang akan melakukan ekspor. Jadi, mereka tidak asal menentukan harga, karena ada komponen-komponen biaya apa yang ditambahkan seperti ada ongkos pengiriman, ongkos membuat dokumen, sampai menjadi profit margin dan harga jual, sehingga dalam pelatihan ini kami berikan pemahaman mengenai Export Costing and Pricing,” papar Teriana.

Teriana menyebutkan, meski dalam dunia ekspor ada persaingan produk yang sama, tetapi pangsa negara-negara tujuan akan berbeda-beda, tergantung dari permintaan buyer yang juga dikategorikan  dalam kelas menengah bawah, kelas menengah, bahkan kelas atas (premium).

“Tergantung mereka bisa bernegosiasi dengan buyers, contoh produk batik, biasanya coraknya berbeda-beda, permintaan buyer premium akan lebih memilih batik tulis seperti beberapa negara di Eropa. Pelaku usaha tidak usah terlalu khawatir, pangsanya berbeda-beda, siapa tau jika ada buyer yang memerlukan produk dengan kapasitas besar, mereka bisa saling berkolaborasi jika ada permintaan yang banyak, jadi masing-masing memiliki strategi untuk berjualan ekspor. Selama mereka sudah menemukan buyer yang tepat, persaingan usaha tidak akan jadi masalah,” pungkas Teriana.